Matarumah Tuwa Saija

(Verhalen achter de familienamen zijn afkomstig uit bron: "100 tahun Geredja (Bethel) di Aboru". Dit kan voor elk persoon/familie anders zijn.)
(Sedjara dari Matarumah˛ terambil dari buku "100 tahun Geredja (Bethel) di Aboru". Teun dari pada Matarumah˛ ini tidak dapat kami umumkan didalam website ini, hanja kami serahkan hendaklah jang bersankutan harus tanja orang tua mereka.)

Marga ini terdiri dari dua mata rumah jang disatukan Pemerintah Belanda, dimasa pemerintahan Latu Korneles Usmany di pertengagan abad ke XIX. Demikian djuga Marga Leuhery adalah pembagian nama dari kedua kaka beradik. Asal mojang pertamanja bernama “Latu Malesi Ira “dari negeri Makahatu pedalaman Pulau Seram, bersama masjarakat dan keluarganja berpindah serta tinggal di negeri Waetui. Mojang ini bertugas sebagai kepala suku Ina Ama Pata Siwa di zaman keredjaan Nunusaku. Setelah terpuruknja kekuasaan oleh masuknja bangsa-bangsa pedagang asing dan mulai orang-orang masjarakat pribumi kekuasaan keredjaan ini, maka atas keputusan perundingan 99 Kapitan di Nunusaku, mereka turun terbagi-bagi atas tiga bahagian menurut mengalirnja ketiga batang air Tala di bagian selatan, Eti di bagian Barat dan Sapalewa dibagian Utara Pulau Seram Barat. Setelah itu dinegeri Waetuii, Latu Malesi Ira meninggal dunia, dan anaknja Lei Sela tinggal menetap di negeri ini. Maka kakaknja Halawan Tuni Latumalesi bersama kelima saudaranja turun ke pesisir pantai serta tinggal di Waelei, mendjaga dusun sagu ditempat itu. Selandjutnja adiknja Wa`ai Rata berpindah ke desa Ruma Kai serta bertemurun disitu, dan djuga dalam perdjalan sepandjang pesisir pantai, seorang adik sauidaranja minta tinggal di Negeri Tihulale serta nama Tuwalena. Sebelum mereka menjebrangi dari pulau Seram Kapitan Tuwa Saija mengatakan “Au musti ke nusa tala pamalonae” (artinja pulau itu pulau laki-laki saja harus pergi kepulau itu). Kemudian mereka menjebrang ke pulau-pulau Lauhaha, sebelum pulau-pulau ini dinamakan Pulau Saparua dan Pulau Haruku. Dari Tihulale, mereka berlajar sampai mendarat di tandjung Kulur. Disinilah seorang ditinggalkan dan diberi nama Latu Mahina, Namun ia meneruskan perdjalananja sehingga tinggal di negeri Paperu. Perdjalan selandjutnja berlajar dan mendarat di tandjung Hatu Alane, karena angin dan gelombang laut jang dasjat, maka seorang adik minta tinggal disitu serta diberi nama Tuwa Hatu menurut tempat itu. Ia kemudian berpindah dan menjatukan diri bersama masjarakat neger Haria dan bertemurun disitu. Akhirnja Halawan Tuni Latu Malesi bersama adik bungsonja Suria Latu Malesi berlajar menjebrang serta mendarat di bagian pesisir timur timur Pulau Haruku, dan tinggal di suatu tempat jang dinamakannja Wae Hoka.Kemudian mereka berpindah kearah barat serta membuat negerinja bernama Latu Saman atau Latu Ama, berdekatan dengan masjarakat orang pribumi Seit Raloi jang menguasai daerah tempat ini, sebelum berpindah ke negeri Ambon jang membuat negerinja di Seit dan Silale, karena bermusuhan dengan kedua kapitan ini. Sebenarnja Halawan Tuni dan Suria bertjita-tjita akan tinggal di negeri Aman Ira keredjaan ini, karena telah dipandang indah dari negeri seberang Pulau Seram.Namun dinegeri Latu Saman, adiknja tidak ikut bersamanja karena kawin dengan seorang wanita negeri Seit Raloi dari marga Leuhena sehingga menetap di tempat itu. Maka disaat perpisahan, ia namakan adiknja Leuhery, dan daerah tempat itu dinamakan Naam Mahahirai sesuai arti bahasa pribumi setempat, dari kata “Haleu-Hahery”.(artinja mengakui, kemudian hilang bersembunji) dan Naam Mahahirai(artinja tempat jang dirasakan pahit saat perpisahan). Sebab itu keturunannja bermarga Leuhery, dan tempat ini disebut-sebut Naira hingga sekarang. Ia kemudian menamakan dirinja Kapitan Tuwa Saija, berasal dari kata bahasa pribumi “sajat”(pengatjo sesuai riwajat perdjalannja dan berpisah tinggalkan adiknja serta tinggal dinegeri Aman Ira bersama Radja Poasa Akihary dengan mengawini anak putrinja Delimba Hehania, dan bertemurun mendjadi marga Tuwa Saija. Selain itu, ada salah satu marga Saiya, asalnja dari keturunan mojang pertamanja jang bernama Waya. Mojang ini pada mulanja tinggal di air Waya Dusun Waelei petuanan Dusun Waetui dan Negeri Latu. Ia kemudian berpindah ke negeri Oma kare3na pembajaran distibusi padjak terhadap pemerintah Belanda, maka Waya bersama saudaranja turut serta keluar dari negeri ini bersama sebagian masjarakat dan tinggal di tandjung Waesoit Kasiut. Oleh karena tempat ini sepantasnja untuk mereka tinggal disitu, mereka berpindah dibagian timur pesisir pantai negeri Aboru dan menempati satu tempat jang dinamakan Soopiki. Tidak lama kemudian masjarakat ini berpindah ke pedalaman serta kepantai utara pualau Haruku dan membuat negerinja bernama negeri Kariuw. Namun Waya dan saudaranja tidak ikut pergi, sehingga saudara perempuannja dikawini oleh seorang anak cucu keturunan Tuwa Saija jang bernama Maspait Tuwa Saija, hingga dewasa dan bertemurun memasuki keluarga marga Tuwa Saija. Setelah di zaman pemerintahan Latu Koneles radja negeri ini, diadakan pentjatatan djiwa oleh Pemerintah Belanda, dimana kedapatan marga Tuwa Saija dan marga Saiya didalam satu keturunan, sehingga disatukan kedua marga ini mendjadi marga Saija. Namun tjara pendidikan dan zaman sering merobah penulisan dan edjaan regenerasi sehingga djuga membigungkan generasi marga ini kedepan jang sering mempergunakan marga Saiya dan marga Saija. Hal ini sewadjarnja tidak perlu dipersoalkan kerena telah disatukan mendjadi satu marga, namun jang terpenting setiap regenerasi mengetahui asal usul kelegaan jang sesuai turun temurunnja.